Rabu, 18 Maret 2009
Kokohnya Kepribadian
Rasulullah bersabda yang artinya : Pena pencatat pahala dan dosa diangkat (tidak ditulis) dari 3 kelompok manusia: orang yang sedang tidur, orang yang pingsan sampai dia bangun, dan anak kecil hingga ia menjadi besar (Shahihul Jami').Ilmu pengetahuan kedokteran kontemporer kini menegaskan bahwa sel-sel manusia yang di kulit, otot-otot, tulang, dan mata, semuanya mengalami perbaruan pada setiap 7 (tujuh) tahun sekali, kecuali sel pusat syaraf, sebab sel pusat syaraf selesai mengalami perkembangannya pada usia 7 tahun dimana 9/10 otaknya berkembang pada masa 1 - 7 tahun. Dan andai sel-sel otak dan syaraf otak berubah-ubah (berkembang ataupun mengalami perbaruan) maka akanberubah pula kerpibadiannya. Dan jika demikian halnya, maka seseorang akan mengalami banyak mengalami kejanggalan perilaku karena perubahan-perubahan itu setiap harinya. Dan ini merupakan kehebatan dan rahmat Allah terhadap makhluknya semenjak dahulu kala. Maka Allah tidak membebani taklif (perintah dan larangan agama) kepada orang yang belum mukallaf, yaitu orang yang belum sempurna perkembangan dirinya...Maka, apabila seorang anak sudah menjadi besar akan kokohlah kepribadiannya dengan kokohnya sel-sel pusat syaraf, dimana sel-sel ini tidak mengalami penambahan dan pengurangan sedikitpun walaupun ia mengalami benturan atau sakit. Andai sel-sel pusat syaraf mengalami pengurangan atau penambahan setelah sempurnanya perkembangan, tentu anggota tubuh manusia tidak bisa bergerak sebagaimana mestinya.Subhanallah (Maha Suci Allah) Yang demikian menjulang tinggi bukti kekuasaan-Nya.Allah berfirman:
كل شيء هالك إلاّ وجهه، له الحكم وإليه ترجعون
Segala sesuatu pasti akan mengalami kehancuran, kecuali wajah Allah, Dia-lah pemilik hukum dan kepada-Nya kalian kelak akan dikembalikan.Tidakkah, dengan berita ini manusia harus memberikan sujudnya dan syukurnya hanya kepada Allah ta'alaa?Sumber: wa fii anfusikum afalaa tubshirun" Anas ibn Abdul Hamid Al-QouzPenerjemah:Abu Muhammad ibn Shadiq
Diposkan oleh ray81 di 19:44
0 komentar
masa Remaja ibarat Gunung Es
Kamis, 19 Maret 2009
Kirim Artikel Print Artikel
Jumat, 10 November 2000Fenomena Remaja, Ibarat Gunung Es
Pontianak- Banyak persoalan remaja yang tidak dapat diselesaikan sendiri, namun melalui orang tua, keluarga dekat dan teman dekan atau ke lembaga profesional psikologi. Tetapi sejuah ini belum banyak remaja mau mengungkapkan persoalan pribadinya lebih karena persoalan budaya. "Masih adanya budaya malu di sekitar hidup mereka. Bila mereka ceritakan mereka takut diketahui orang banyak," kata Drs Firdaus Zar`in dari Klinik Remaja Centra Khatulistiwa Pontianak, kepada AP Post, Kamis (9/11) kemarin. "Namun bila masalahnya tidak diceritakan, orang tidak akan tahu permasalahan mereka dan tak akan dapat membantu penyelesaian persoalan yang dihadapinya," ujar Firdaus. Dia melukiskan, posisi remaja merupakan aset negara yang sangat penting, hancurnya prilaku dan tingkah laku remaja juga akan mengakibatkan hancurnya suatu negara. Karena remaja inilah yang nantinya akan meneruskan kehidupan suatau negara. "Oleh sebab itu masyarakat perlu mengetahui permasalahan apa yang sering dihadapi remaja, agar tidak terjerumus ke jalan yang salah," ungkap Firdaus lagi. Berdasarkan data yang didapat AP Post di Badan Pusat Statistik, ada sekitar 65.002 remaja di Pontianak. 18 persen diantaranya (11.700) sudah kawin. Diantara mereka hanya sekitar 1.247 orang yang mengkonsultasikan permasalahan mereka di klinik remaja dan psikolog. Menurut Firdaus Zar`in, sebenarnya banyak remaja yang bermasalah. "Permasalahan yang mereka hadapi sebagian besar adalah masalah pacar dan seks. Cuma sebanyak 136 orang hanya 2 persen yang mengaku. Inilah yang kita sebut Fenomena Gunung Es," ujarnya menjelaskan. "Berdasarkan data di Klinik kami permasalahan pacar ada sekitar 39 persen sedangkan masalah seks ada 9 persen yang dikonsultasikan remaja tersebut. Konsultasi tersebut dilakukan lewat surat sekitar 60 persen melalui telpon 35 persen sisanya tatap muka," ujar pembimbing klinik remaja Centra Khatulistiwa tersebut.(pay)
< Pontianak- Banyak persoalan remaja yang tidak dapat diselesaikan sendiri, namun melalui orang tua, keluarga dekat dan teman dekan atau ke lembaga profesional psikologi. Tetapi sejuah ini belum banyak remaja mau mengungkapkan persoalan pribadinya lebih karena persoalan budaya. "Masih adanya budaya malu di sekitar hidup mereka. Bila mereka ceritakan mereka takut diketahui orang banyak," kata Drs Firdaus Zar`in dari Klinik Remaja Centra Khatulistiwa Pontianak, kepada AP Post, Kamis (9/11) kemarin. "Namun bila masalahnya tidak diceritakan, orang tidak akan tahu permasalahan mereka dan tak akan dapat membantu penyelesaian persoalan yang dihadapinya," ujar Firdaus. Dia melukiskan, posisi remaja merupakan aset negara yang sangat penting, hancurnya prilaku dan tingkah laku remaja juga akan mengakibatkan hancurnya suatu negara. Karena remaja inilah yang nantinya akan meneruskan kehidupan suatau negara. "Oleh sebab itu masyarakat perlu mengetahui permasalahan apa yang sering dihadapi remaja, agar tidak terjerumus ke jalan yang salah," ungkap Firdaus lagi. Berdasarkan data yang didapat AP Post di Badan Pusat Statistik, ada sekitar 65.002 remaja di Pontianak. 18 persen diantaranya (11.70
Kamis, 19 Maret 2009
Kirim Artikel Print Artikel
Jumat, 10 November 2000Fenomena Remaja, Ibarat Gunung Es
Pontianak- Banyak persoalan remaja yang tidak dapat diselesaikan sendiri, namun melalui orang tua, keluarga dekat dan teman dekan atau ke lembaga profesional psikologi. Tetapi sejuah ini belum banyak remaja mau mengungkapkan persoalan pribadinya lebih karena persoalan budaya. "Masih adanya budaya malu di sekitar hidup mereka. Bila mereka ceritakan mereka takut diketahui orang banyak," kata Drs Firdaus Zar`in dari Klinik Remaja Centra Khatulistiwa Pontianak, kepada AP Post, Kamis (9/11) kemarin. "Namun bila masalahnya tidak diceritakan, orang tidak akan tahu permasalahan mereka dan tak akan dapat membantu penyelesaian persoalan yang dihadapinya," ujar Firdaus. Dia melukiskan, posisi remaja merupakan aset negara yang sangat penting, hancurnya prilaku dan tingkah laku remaja juga akan mengakibatkan hancurnya suatu negara. Karena remaja inilah yang nantinya akan meneruskan kehidupan suatau negara. "Oleh sebab itu masyarakat perlu mengetahui permasalahan apa yang sering dihadapi remaja, agar tidak terjerumus ke jalan yang salah," ungkap Firdaus lagi. Berdasarkan data yang didapat AP Post di Badan Pusat Statistik, ada sekitar 65.002 remaja di Pontianak. 18 persen diantaranya (11.700) sudah kawin. Diantara mereka hanya sekitar 1.247 orang yang mengkonsultasikan permasalahan mereka di klinik remaja dan psikolog. Menurut Firdaus Zar`in, sebenarnya banyak remaja yang bermasalah. "Permasalahan yang mereka hadapi sebagian besar adalah masalah pacar dan seks. Cuma sebanyak 136 orang hanya 2 persen yang mengaku. Inilah yang kita sebut Fenomena Gunung Es," ujarnya menjelaskan. "Berdasarkan data di Klinik kami permasalahan pacar ada sekitar 39 persen sedangkan masalah seks ada 9 persen yang dikonsultasikan remaja tersebut. Konsultasi tersebut dilakukan lewat surat sekitar 60 persen melalui telpon 35 persen sisanya tatap muka," ujar pembimbing klinik remaja Centra Khatulistiwa tersebut.(pay)
< Pontianak- Banyak persoalan remaja yang tidak dapat diselesaikan sendiri, namun melalui orang tua, keluarga dekat dan teman dekan atau ke lembaga profesional psikologi. Tetapi sejuah ini belum banyak remaja mau mengungkapkan persoalan pribadinya lebih karena persoalan budaya. "Masih adanya budaya malu di sekitar hidup mereka. Bila mereka ceritakan mereka takut diketahui orang banyak," kata Drs Firdaus Zar`in dari Klinik Remaja Centra Khatulistiwa Pontianak, kepada AP Post, Kamis (9/11) kemarin. "Namun bila masalahnya tidak diceritakan, orang tidak akan tahu permasalahan mereka dan tak akan dapat membantu penyelesaian persoalan yang dihadapinya," ujar Firdaus. Dia melukiskan, posisi remaja merupakan aset negara yang sangat penting, hancurnya prilaku dan tingkah laku remaja juga akan mengakibatkan hancurnya suatu negara. Karena remaja inilah yang nantinya akan meneruskan kehidupan suatau negara. "Oleh sebab itu masyarakat perlu mengetahui permasalahan apa yang sering dihadapi remaja, agar tidak terjerumus ke jalan yang salah," ungkap Firdaus lagi. Berdasarkan data yang didapat AP Post di Badan Pusat Statistik, ada sekitar 65.002 remaja di Pontianak. 18 persen diantaranya (11.700) sudah kawin. Diantara mereka hanya sekitar 1.247 orang yang mengkonsultasikan permasalahan mereka di klinik remaja dan psikolog. Menurut Firdaus Zar`in, sebenarnya banyak remaja yang bermasalah. "Permasalahan yang mereka hadapi sebagian besar adalah masalah pacar dan seks. Cuma sebanyak 136 orang hanya 2 persen yang mengaku. Inilah yang kita sebut Fenomena Gunung Es," ujarnya menjelaskan. "Berdasarkan data di Klinik kami permasalahan pacar ada sekitar 39 persen sedangkan masalah seks ada 9 persen yang dikonsultasikan remaja tersebut. Konsultasi tersebut dilakukan lewat surat sekitar 60 persen melalui telpon 35 persen sisanya tatap muka," ujar pembimbing klinik remaja Centra Khatulistiwa tersebut.(pay)
0) sudah kawin. Diantara mereka hanya sekitar 1.247 orang yang mengkonsultasikan permasalahan mereka di klinik remaja dan psikolog. Menurut Firdaus Zar`in, sebenarnya banyak remaja yang bermasalah. "Permasalahan yang mereka hadapi sebagian besar adalah masalah pacar dan seks. Cuma sebanyak 136 orang hanya 2 persen yang mengaku. Inilah yang kita sebut Fenomena Gunung Es," ujarnya menjelaskan. "Berdasarkan data di Klinik kami permasalahan pacar ada sekitar 39 persen sedangkan masalah seks ada 9 persen yang dikonsultasikan remaja tersebut. Konsultasi tersebut dilakukan lewat surat sekitar 60 persen melalui telpon 35 persen sisanya tatap muka," ujar pembimbing klinik remaja Centra Khatulistiwa tersebut.(pay)
Kirim Artikel Print Artikel
Jumat, 10 November 2000Fenomena Remaja, Ibarat Gunung Es
Pontianak- Banyak persoalan remaja yang tidak dapat diselesaikan sendiri, namun melalui orang tua, keluarga dekat dan teman dekan atau ke lembaga profesional psikologi. Tetapi sejuah ini belum banyak remaja mau mengungkapkan persoalan pribadinya lebih karena persoalan budaya. "Masih adanya budaya malu di sekitar hidup mereka. Bila mereka ceritakan mereka takut diketahui orang banyak," kata Drs Firdaus Zar`in dari Klinik Remaja Centra Khatulistiwa Pontianak, kepada AP Post, Kamis (9/11) kemarin. "Namun bila masalahnya tidak diceritakan, orang tidak akan tahu permasalahan mereka dan tak akan dapat membantu penyelesaian persoalan yang dihadapinya," ujar Firdaus. Dia melukiskan, posisi remaja merupakan aset negara yang sangat penting, hancurnya prilaku dan tingkah laku remaja juga akan mengakibatkan hancurnya suatu negara. Karena remaja inilah yang nantinya akan meneruskan kehidupan suatau negara. "Oleh sebab itu masyarakat perlu mengetahui permasalahan apa yang sering dihadapi remaja, agar tidak terjerumus ke jalan yang salah," ungkap Firdaus lagi. Berdasarkan data yang didapat AP Post di Badan Pusat Statistik, ada sekitar 65.002 remaja di Pontianak. 18 persen diantaranya (11.700) sudah kawin. Diantara mereka hanya sekitar 1.247 orang yang mengkonsultasikan permasalahan mereka di klinik remaja dan psikolog. Menurut Firdaus Zar`in, sebenarnya banyak remaja yang bermasalah. "Permasalahan yang mereka hadapi sebagian besar adalah masalah pacar dan seks. Cuma sebanyak 136 orang hanya 2 persen yang mengaku. Inilah yang kita sebut Fenomena Gunung Es," ujarnya menjelaskan. "Berdasarkan data di Klinik kami permasalahan pacar ada sekitar 39 persen sedangkan masalah seks ada 9 persen yang dikonsultasikan remaja tersebut. Konsultasi tersebut dilakukan lewat surat sekitar 60 persen melalui telpon 35 persen sisanya tatap muka," ujar pembimbing klinik remaja Centra Khatulistiwa tersebut.(pay)
< Pontianak- Banyak persoalan remaja yang tidak dapat diselesaikan sendiri, namun melalui orang tua, keluarga dekat dan teman dekan atau ke lembaga profesional psikologi. Tetapi sejuah ini belum banyak remaja mau mengungkapkan persoalan pribadinya lebih karena persoalan budaya. "Masih adanya budaya malu di sekitar hidup mereka. Bila mereka ceritakan mereka takut diketahui orang banyak," kata Drs Firdaus Zar`in dari Klinik Remaja Centra Khatulistiwa Pontianak, kepada AP Post, Kamis (9/11) kemarin. "Namun bila masalahnya tidak diceritakan, orang tidak akan tahu permasalahan mereka dan tak akan dapat membantu penyelesaian persoalan yang dihadapinya," ujar Firdaus. Dia melukiskan, posisi remaja merupakan aset negara yang sangat penting, hancurnya prilaku dan tingkah laku remaja juga akan mengakibatkan hancurnya suatu negara. Karena remaja inilah yang nantinya akan meneruskan kehidupan suatau negara. "Oleh sebab itu masyarakat perlu mengetahui permasalahan apa yang sering dihadapi remaja, agar tidak terjerumus ke jalan yang salah," ungkap Firdaus lagi. Berdasarkan data yang didapat AP Post di Badan Pusat Statistik, ada sekitar 65.002 remaja di Pontianak. 18 persen diantaranya (11.70
Kamis, 19 Maret 2009
Kirim Artikel Print Artikel
Jumat, 10 November 2000Fenomena Remaja, Ibarat Gunung Es
Pontianak- Banyak persoalan remaja yang tidak dapat diselesaikan sendiri, namun melalui orang tua, keluarga dekat dan teman dekan atau ke lembaga profesional psikologi. Tetapi sejuah ini belum banyak remaja mau mengungkapkan persoalan pribadinya lebih karena persoalan budaya. "Masih adanya budaya malu di sekitar hidup mereka. Bila mereka ceritakan mereka takut diketahui orang banyak," kata Drs Firdaus Zar`in dari Klinik Remaja Centra Khatulistiwa Pontianak, kepada AP Post, Kamis (9/11) kemarin. "Namun bila masalahnya tidak diceritakan, orang tidak akan tahu permasalahan mereka dan tak akan dapat membantu penyelesaian persoalan yang dihadapinya," ujar Firdaus. Dia melukiskan, posisi remaja merupakan aset negara yang sangat penting, hancurnya prilaku dan tingkah laku remaja juga akan mengakibatkan hancurnya suatu negara. Karena remaja inilah yang nantinya akan meneruskan kehidupan suatau negara. "Oleh sebab itu masyarakat perlu mengetahui permasalahan apa yang sering dihadapi remaja, agar tidak terjerumus ke jalan yang salah," ungkap Firdaus lagi. Berdasarkan data yang didapat AP Post di Badan Pusat Statistik, ada sekitar 65.002 remaja di Pontianak. 18 persen diantaranya (11.700) sudah kawin. Diantara mereka hanya sekitar 1.247 orang yang mengkonsultasikan permasalahan mereka di klinik remaja dan psikolog. Menurut Firdaus Zar`in, sebenarnya banyak remaja yang bermasalah. "Permasalahan yang mereka hadapi sebagian besar adalah masalah pacar dan seks. Cuma sebanyak 136 orang hanya 2 persen yang mengaku. Inilah yang kita sebut Fenomena Gunung Es," ujarnya menjelaskan. "Berdasarkan data di Klinik kami permasalahan pacar ada sekitar 39 persen sedangkan masalah seks ada 9 persen yang dikonsultasikan remaja tersebut. Konsultasi tersebut dilakukan lewat surat sekitar 60 persen melalui telpon 35 persen sisanya tatap muka," ujar pembimbing klinik remaja Centra Khatulistiwa tersebut.(pay)
< Pontianak- Banyak persoalan remaja yang tidak dapat diselesaikan sendiri, namun melalui orang tua, keluarga dekat dan teman dekan atau ke lembaga profesional psikologi. Tetapi sejuah ini belum banyak remaja mau mengungkapkan persoalan pribadinya lebih karena persoalan budaya. "Masih adanya budaya malu di sekitar hidup mereka. Bila mereka ceritakan mereka takut diketahui orang banyak," kata Drs Firdaus Zar`in dari Klinik Remaja Centra Khatulistiwa Pontianak, kepada AP Post, Kamis (9/11) kemarin. "Namun bila masalahnya tidak diceritakan, orang tidak akan tahu permasalahan mereka dan tak akan dapat membantu penyelesaian persoalan yang dihadapinya," ujar Firdaus. Dia melukiskan, posisi remaja merupakan aset negara yang sangat penting, hancurnya prilaku dan tingkah laku remaja juga akan mengakibatkan hancurnya suatu negara. Karena remaja inilah yang nantinya akan meneruskan kehidupan suatau negara. "Oleh sebab itu masyarakat perlu mengetahui permasalahan apa yang sering dihadapi remaja, agar tidak terjerumus ke jalan yang salah," ungkap Firdaus lagi. Berdasarkan data yang didapat AP Post di Badan Pusat Statistik, ada sekitar 65.002 remaja di Pontianak. 18 persen diantaranya (11.700) sudah kawin. Diantara mereka hanya sekitar 1.247 orang yang mengkonsultasikan permasalahan mereka di klinik remaja dan psikolog. Menurut Firdaus Zar`in, sebenarnya banyak remaja yang bermasalah. "Permasalahan yang mereka hadapi sebagian besar adalah masalah pacar dan seks. Cuma sebanyak 136 orang hanya 2 persen yang mengaku. Inilah yang kita sebut Fenomena Gunung Es," ujarnya menjelaskan. "Berdasarkan data di Klinik kami permasalahan pacar ada sekitar 39 persen sedangkan masalah seks ada 9 persen yang dikonsultasikan remaja tersebut. Konsultasi tersebut dilakukan lewat surat sekitar 60 persen melalui telpon 35 persen sisanya tatap muka," ujar pembimbing klinik remaja Centra Khatulistiwa tersebut.(pay)
0) sudah kawin. Diantara mereka hanya sekitar 1.247 orang yang mengkonsultasikan permasalahan mereka di klinik remaja dan psikolog. Menurut Firdaus Zar`in, sebenarnya banyak remaja yang bermasalah. "Permasalahan yang mereka hadapi sebagian besar adalah masalah pacar dan seks. Cuma sebanyak 136 orang hanya 2 persen yang mengaku. Inilah yang kita sebut Fenomena Gunung Es," ujarnya menjelaskan. "Berdasarkan data di Klinik kami permasalahan pacar ada sekitar 39 persen sedangkan masalah seks ada 9 persen yang dikonsultasikan remaja tersebut. Konsultasi tersebut dilakukan lewat surat sekitar 60 persen melalui telpon 35 persen sisanya tatap muka," ujar pembimbing klinik remaja Centra Khatulistiwa tersebut.(pay)
masa Remaja ibarat Gunung Es
Kamis, 19 Maret 2009
Kirim Artikel Print Artikel
Jumat, 10 November 2000
Fenomena Remaja, Ibarat Gunung Es
Pontianak- Banyak persoalan remaja yang tidak dapat diselesaikan sendiri, namun melalui orang tua, keluarga dekat dan teman dekan atau ke lembaga profesional psikologi. Tetapi sejuah ini belum banyak remaja mau mengungkapkan persoalan pribadinya lebih karena persoalan budaya. "Masih adanya budaya malu di sekitar hidup mereka. Bila mereka ceritakan mereka takut diketahui orang banyak," kata Drs Firdaus Zar`in dari Klinik Remaja Centra Khatulistiwa Pontianak, kepada AP Post, Kamis (9/11) kemarin. "Namun bila masalahnya tidak diceritakan, orang tidak akan tahu permasalahan mereka dan tak akan dapat membantu penyelesaian persoalan yang dihadapinya," ujar Firdaus. Dia melukiskan, posisi remaja merupakan aset negara yang sangat penting, hancurnya prilaku dan tingkah laku remaja juga akan mengakibatkan hancurnya suatu negara. Karena remaja inilah yang nantinya akan meneruskan kehidupan suatau negara. "Oleh sebab itu masyarakat perlu mengetahui permasalahan apa yang sering dihadapi remaja, agar tidak terjerumus ke jalan yang salah," ungkap Firdaus lagi. Berdasarkan data yang didapat AP Post di Badan Pusat Statistik, ada sekitar 65.002 remaja di Pontianak. 18 persen diantaranya (11.700) sudah kawin. Diantara mereka hanya sekitar 1.247 orang yang mengkonsultasikan permasalahan mereka di klinik remaja dan psikolog. Menurut Firdaus Zar`in, sebenarnya banyak remaja yang bermasalah. "Permasalahan yang mereka hadapi sebagian besar adalah masalah pacar dan seks. Cuma sebanyak 136 orang hanya 2 persen yang mengaku. Inilah yang kita sebut Fenomena Gunung Es," ujarnya menjelaskan. "Berdasarkan data di Klinik kami permasalahan pacar ada sekitar 39 persen sedangkan masalah seks ada 9 persen yang dikonsultasikan remaja tersebut. Konsultasi tersebut dilakukan lewat surat sekitar 60 persen melalui telpon 35 persen sisanya tatap muka," ujar pembimbing klinik remaja Centra Khatulistiwa tersebut.(pay)
< Pontianak- Banyak persoalan remaja yang tidak dapat diselesaikan sendiri, namun melalui orang tua, keluarga dekat dan teman dekan atau ke lembaga profesional psikologi. Tetapi sejuah ini belum banyak remaja mau mengungkapkan persoalan pribadinya lebih karena persoalan budaya. "Masih adanya budaya malu di sekitar hidup mereka. Bila mereka ceritakan mereka takut diketahui orang banyak," kata Drs Firdaus Zar`in dari Klinik Remaja Centra Khatulistiwa Pontianak, kepada AP Post, Kamis (9/11) kemarin. "Namun bila masalahnya tidak diceritakan, orang tidak akan tahu permasalahan mereka dan tak akan dapat membantu penyelesaian persoalan yang dihadapinya," ujar Firdaus. Dia melukiskan, posisi remaja merupakan aset negara yang sangat penting, hancurnya prilaku dan tingkah laku remaja juga akan mengakibatkan hancurnya suatu negara. Karena remaja inilah yang nantinya akan meneruskan kehidupan suatau negara. "Oleh sebab itu masyarakat perlu mengetahui permasalahan apa yang sering dihadapi remaja, agar tidak terjerumus ke jalan yang salah," ungkap Firdaus lagi. Berdasarkan data yang didapat AP Post di Badan Pusat Statistik, ada sekitar 65.002 remaja di Pontianak. 18 persen diantaranya (11.700) sudah kawin. Diantara mereka hanya sekitar 1.247 orang yang mengkonsultasikan permasalahan mereka di klinik remaja dan psikolog. Menurut Firdaus Zar`in, sebenarnya banyak remaja yang bermasalah. "Permasalahan yang mereka hadapi sebagian besar adalah masalah pacar dan seks. Cuma sebanyak 136 orang hanya 2 persen yang mengaku. Inilah yang kita sebut Fenomena Gunung Es," ujarnya menjelaskan. "Berdasarkan data di Klinik kami permasalahan pacar ada sekitar 39 persen sedangkan masalah seks ada 9 persen yang dikonsultasikan remaja tersebut. Konsultasi tersebut dilakukan lewat surat sekitar 60 persen melalui telpon 35 persen sisanya tatap muka," ujar pembimbing klinik remaja Centra Khatulistiwa tersebut.(pay)
Kirim Artikel Print Artikel
Jumat, 10 November 2000
Fenomena Remaja, Ibarat Gunung Es
Pontianak- Banyak persoalan remaja yang tidak dapat diselesaikan sendiri, namun melalui orang tua, keluarga dekat dan teman dekan atau ke lembaga profesional psikologi. Tetapi sejuah ini belum banyak remaja mau mengungkapkan persoalan pribadinya lebih karena persoalan budaya. "Masih adanya budaya malu di sekitar hidup mereka. Bila mereka ceritakan mereka takut diketahui orang banyak," kata Drs Firdaus Zar`in dari Klinik Remaja Centra Khatulistiwa Pontianak, kepada AP Post, Kamis (9/11) kemarin. "Namun bila masalahnya tidak diceritakan, orang tidak akan tahu permasalahan mereka dan tak akan dapat membantu penyelesaian persoalan yang dihadapinya," ujar Firdaus. Dia melukiskan, posisi remaja merupakan aset negara yang sangat penting, hancurnya prilaku dan tingkah laku remaja juga akan mengakibatkan hancurnya suatu negara. Karena remaja inilah yang nantinya akan meneruskan kehidupan suatau negara. "Oleh sebab itu masyarakat perlu mengetahui permasalahan apa yang sering dihadapi remaja, agar tidak terjerumus ke jalan yang salah," ungkap Firdaus lagi. Berdasarkan data yang didapat AP Post di Badan Pusat Statistik, ada sekitar 65.002 remaja di Pontianak. 18 persen diantaranya (11.700) sudah kawin. Diantara mereka hanya sekitar 1.247 orang yang mengkonsultasikan permasalahan mereka di klinik remaja dan psikolog. Menurut Firdaus Zar`in, sebenarnya banyak remaja yang bermasalah. "Permasalahan yang mereka hadapi sebagian besar adalah masalah pacar dan seks. Cuma sebanyak 136 orang hanya 2 persen yang mengaku. Inilah yang kita sebut Fenomena Gunung Es," ujarnya menjelaskan. "Berdasarkan data di Klinik kami permasalahan pacar ada sekitar 39 persen sedangkan masalah seks ada 9 persen yang dikonsultasikan remaja tersebut. Konsultasi tersebut dilakukan lewat surat sekitar 60 persen melalui telpon 35 persen sisanya tatap muka," ujar pembimbing klinik remaja Centra Khatulistiwa tersebut.(pay)
< Pontianak- Banyak persoalan remaja yang tidak dapat diselesaikan sendiri, namun melalui orang tua, keluarga dekat dan teman dekan atau ke lembaga profesional psikologi. Tetapi sejuah ini belum banyak remaja mau mengungkapkan persoalan pribadinya lebih karena persoalan budaya. "Masih adanya budaya malu di sekitar hidup mereka. Bila mereka ceritakan mereka takut diketahui orang banyak," kata Drs Firdaus Zar`in dari Klinik Remaja Centra Khatulistiwa Pontianak, kepada AP Post, Kamis (9/11) kemarin. "Namun bila masalahnya tidak diceritakan, orang tidak akan tahu permasalahan mereka dan tak akan dapat membantu penyelesaian persoalan yang dihadapinya," ujar Firdaus. Dia melukiskan, posisi remaja merupakan aset negara yang sangat penting, hancurnya prilaku dan tingkah laku remaja juga akan mengakibatkan hancurnya suatu negara. Karena remaja inilah yang nantinya akan meneruskan kehidupan suatau negara. "Oleh sebab itu masyarakat perlu mengetahui permasalahan apa yang sering dihadapi remaja, agar tidak terjerumus ke jalan yang salah," ungkap Firdaus lagi. Berdasarkan data yang didapat AP Post di Badan Pusat Statistik, ada sekitar 65.002 remaja di Pontianak. 18 persen diantaranya (11.700) sudah kawin. Diantara mereka hanya sekitar 1.247 orang yang mengkonsultasikan permasalahan mereka di klinik remaja dan psikolog. Menurut Firdaus Zar`in, sebenarnya banyak remaja yang bermasalah. "Permasalahan yang mereka hadapi sebagian besar adalah masalah pacar dan seks. Cuma sebanyak 136 orang hanya 2 persen yang mengaku. Inilah yang kita sebut Fenomena Gunung Es," ujarnya menjelaskan. "Berdasarkan data di Klinik kami permasalahan pacar ada sekitar 39 persen sedangkan masalah seks ada 9 persen yang dikonsultasikan remaja tersebut. Konsultasi tersebut dilakukan lewat surat sekitar 60 persen melalui telpon 35 persen sisanya tatap muka," ujar pembimbing klinik remaja Centra Khatulistiwa tersebut.(pay)
Rabu, 10 Desember 2008
-->Jakarta - Kekalahan 0-2 yang diderita Indonesia dari Singapura menjadikan tim 'Merah Putih' berpeluang bersua Thailand. Menghadapi tim terkuat Asia Tenggara itu, Benny Dollo tak gentar.Dua gol dari Baihakki Khaizan dan Shi Jiayi membungkam Indonesia di Stadion Gelora Bung Karno, Selasa (9/12/2008). Hasil ini menempatkan Singapura sebagai pemuncak Grup A dan Indonesia sebagai runner-up.Di semifinal, Indonesia akan bertemu jawara Grup B yang kemungkinan besar akan ditempati oleh Thailand. Sejauh ini, tim asuhan Peter Reid itu memuncaki Grup B dengan hasil sempurna dari dua pertandingan."Sebenarnya saya berharap menang melawan Singapura, karena itu akan membuat kita bermain away lebih dahulu. Tetapi dengan ini kita akan bermain home lebih dulu," komentar Bendol, sapaan Benny, seusai laga melawan Singapura.Dalam laga menghadapi Singapura, sebetulnya Indonesia tampil cukup baik dan menghasilkan banyak peluang. Tetapi tidak tajamnya lini depan pasukan Bendol menjadikan tuan rumah gagal menjebol gawang lawan.Akankah ini mendorong Bendol melakukan perubahan di lini depan timnya? Selama ini, eks pelatih Persita Tangerang itu memercayai duet Budi Sudarsono dengan Bambang Pamungkas."Tadi saya juga sudah melakukan perubahan. Ke depan, siapa yang terbaik yang akan saya mainkan," tukas Bendol yang menarik keluar Bambang dan memasukkan Aliyudin di babak kedua.Para pendukung Indonesia dibuat terperanjat dengan harus ditariknya Firman Utina karena cedera di medio babak kedua. Untungnya, Bendol memastikan kondisi playmakernya itu baik-baik saja."Firman tak ada masalah. Dia hanya kelelahan. Kalaupun nanti kami tanpa Firman, kami tetap yakin akan bisa menguasai pertandingan dan menghasilkan peluang," tandas Bendol.( arp / a2s )
Tahun 1967, Hussein Mutahar dipanggil presiden saat itu, Suharto, untuk menangani lagi masalah pengibaran bendera pusaka. Dengan ide dasar dari pelaksanaan tahun 1946 di Yogyakarta, beliau kemudian mengembangkan lagi formasi pengibaran menjadi 3 kelompok yang dinamai sesuai jumlah anggotanya, yaitu:
Kelompok 17 / pengiring (pemandu),
Kelompok 8 / pembawa (inti),
Kelompok 45 / pengawal.
Jumlah tersebut merupakan simbol dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945 (17-8-45). Pada waktu itu dengan situasi kondisi yang ada, beliau hanya melibatkan putra daerah yang ada di Jakarta dan menjadi anggota Pandu/Pramuka untuk melaksanakan tugas pengibaran bendera pusaka. Rencana semula, untuk kelompok 45 (pengawal) akan terdiri dari para mahasiswa AKABRI (Generasi Muda ABRI) namun tidak dapat dilaksanakan. Usul lain menggunakan anggota pasukan khusus ABRI (seperti RPKAD, PGT, marinir, dan Brimob) juga tidak mudah. Akhirnya diambil dari Pasukan Pengawal Presiden (PASWALPRES) yang mudah dihubungi karena mereka bertugas di Istana Negara Jakarta.
Mulai tanggal 17 Agustus 1968, petugas pengibar bendera pusaka adalah para pemuda utusan provinsi. Tetapi karena belum seluruh provinsi mengirimkan utusan sehingga masih harus ditambah oleh ex-anggota pasukan tahun 1967.
Pada tanggal 5 Agustus 1969, di Istana Negara Jakarta berlangsung upacara penyerahan duplikat Bendera Pusaka Merah Putih dan reproduksi Naskah Proklamasi oleh Suharto kepada Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I seluruh Indonesia. Bendera duplikat (yang terdiri dari 6 carik kain) mulai dikibarkan menggantikan Bendera Pusaka pada peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1969 di Istana Merdeka Jakarta, sedangkan Bendera Pusaka bertugas mengantar dan menjemput bendera duplikat yang dikibar/diturunkan. Mulai tahun 1969 itu, anggota pengibar bendera pusaka adalah para remaja siswa SLTA se-tanah air Indonesia yang merupakan utusan dari seluruh provinsi di Indonesia, dan tiap provinsi diwakili oleh sepasang remaja.
Istilah yang digunakan dari tahun 1967 sampai tahun 1972 masih "Pengerek Bendera". Baru pada tahun 1973, Idik Sulaeman melontarkan suatu nama untuk Pengibar Bendera Pusaka dengan sebutan PASKIBRAKA. PAS berasal dari PASukan, KIB berasal dari KIBar mengandung pengertian pengibar, RA berarti bendeRA dan KA berarti PusaKA. Mulai saat itu, anggota pengibar bendera pusaka disebut paskibraka.
Kelompok 17 / pengiring (pemandu),
Kelompok 8 / pembawa (inti),
Kelompok 45 / pengawal.
Jumlah tersebut merupakan simbol dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945 (17-8-45). Pada waktu itu dengan situasi kondisi yang ada, beliau hanya melibatkan putra daerah yang ada di Jakarta dan menjadi anggota Pandu/Pramuka untuk melaksanakan tugas pengibaran bendera pusaka. Rencana semula, untuk kelompok 45 (pengawal) akan terdiri dari para mahasiswa AKABRI (Generasi Muda ABRI) namun tidak dapat dilaksanakan. Usul lain menggunakan anggota pasukan khusus ABRI (seperti RPKAD, PGT, marinir, dan Brimob) juga tidak mudah. Akhirnya diambil dari Pasukan Pengawal Presiden (PASWALPRES) yang mudah dihubungi karena mereka bertugas di Istana Negara Jakarta.
Mulai tanggal 17 Agustus 1968, petugas pengibar bendera pusaka adalah para pemuda utusan provinsi. Tetapi karena belum seluruh provinsi mengirimkan utusan sehingga masih harus ditambah oleh ex-anggota pasukan tahun 1967.
Pada tanggal 5 Agustus 1969, di Istana Negara Jakarta berlangsung upacara penyerahan duplikat Bendera Pusaka Merah Putih dan reproduksi Naskah Proklamasi oleh Suharto kepada Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I seluruh Indonesia. Bendera duplikat (yang terdiri dari 6 carik kain) mulai dikibarkan menggantikan Bendera Pusaka pada peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1969 di Istana Merdeka Jakarta, sedangkan Bendera Pusaka bertugas mengantar dan menjemput bendera duplikat yang dikibar/diturunkan. Mulai tahun 1969 itu, anggota pengibar bendera pusaka adalah para remaja siswa SLTA se-tanah air Indonesia yang merupakan utusan dari seluruh provinsi di Indonesia, dan tiap provinsi diwakili oleh sepasang remaja.
Istilah yang digunakan dari tahun 1967 sampai tahun 1972 masih "Pengerek Bendera". Baru pada tahun 1973, Idik Sulaeman melontarkan suatu nama untuk Pengibar Bendera Pusaka dengan sebutan PASKIBRAKA. PAS berasal dari PASukan, KIB berasal dari KIBar mengandung pengertian pengibar, RA berarti bendeRA dan KA berarti PusaKA. Mulai saat itu, anggota pengibar bendera pusaka disebut paskibraka.
Paskibraka adalah singkatan dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka dengan tugas utamanya mengibarkan duplikat bendera pusaka dalam upacara peringatan proklamasi kemerdekaan Indonesia di Istana Negara. Anggotanya berasal dari pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas kelas 1 atau 2. Penyeleksian anggotanya biasanya dilakukan sekitar bulan April untuk persiapan pengibaran pada 17 Agustus di beberapa tingkat wilayah, provinsi, dan nasional.
Langganan:
Postingan (Atom)