Rabu, 10 Desember 2008

-->Jakarta - Kekalahan 0-2 yang diderita Indonesia dari Singapura menjadikan tim 'Merah Putih' berpeluang bersua Thailand. Menghadapi tim terkuat Asia Tenggara itu, Benny Dollo tak gentar.Dua gol dari Baihakki Khaizan dan Shi Jiayi membungkam Indonesia di Stadion Gelora Bung Karno, Selasa (9/12/2008). Hasil ini menempatkan Singapura sebagai pemuncak Grup A dan Indonesia sebagai runner-up.Di semifinal, Indonesia akan bertemu jawara Grup B yang kemungkinan besar akan ditempati oleh Thailand. Sejauh ini, tim asuhan Peter Reid itu memuncaki Grup B dengan hasil sempurna dari dua pertandingan."Sebenarnya saya berharap menang melawan Singapura, karena itu akan membuat kita bermain away lebih dahulu. Tetapi dengan ini kita akan bermain home lebih dulu," komentar Bendol, sapaan Benny, seusai laga melawan Singapura.Dalam laga menghadapi Singapura, sebetulnya Indonesia tampil cukup baik dan menghasilkan banyak peluang. Tetapi tidak tajamnya lini depan pasukan Bendol menjadikan tuan rumah gagal menjebol gawang lawan.Akankah ini mendorong Bendol melakukan perubahan di lini depan timnya? Selama ini, eks pelatih Persita Tangerang itu memercayai duet Budi Sudarsono dengan Bambang Pamungkas."Tadi saya juga sudah melakukan perubahan. Ke depan, siapa yang terbaik yang akan saya mainkan," tukas Bendol yang menarik keluar Bambang dan memasukkan Aliyudin di babak kedua.Para pendukung Indonesia dibuat terperanjat dengan harus ditariknya Firman Utina karena cedera di medio babak kedua. Untungnya, Bendol memastikan kondisi playmakernya itu baik-baik saja."Firman tak ada masalah. Dia hanya kelelahan. Kalaupun nanti kami tanpa Firman, kami tetap yakin akan bisa menguasai pertandingan dan menghasilkan peluang," tandas Bendol.( arp / a2s )
Tahun 1967, Hussein Mutahar dipanggil presiden saat itu, Suharto, untuk menangani lagi masalah pengibaran bendera pusaka. Dengan ide dasar dari pelaksanaan tahun 1946 di Yogyakarta, beliau kemudian mengembangkan lagi formasi pengibaran menjadi 3 kelompok yang dinamai sesuai jumlah anggotanya, yaitu:
Kelompok 17 / pengiring (pemandu),
Kelompok 8 / pembawa (inti),
Kelompok 45 / pengawal.
Jumlah tersebut merupakan simbol dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945 (17-8-45). Pada waktu itu dengan situasi kondisi yang ada, beliau hanya melibatkan putra daerah yang ada di Jakarta dan menjadi anggota Pandu/Pramuka untuk melaksanakan tugas pengibaran bendera pusaka. Rencana semula, untuk kelompok 45 (pengawal) akan terdiri dari para mahasiswa AKABRI (Generasi Muda ABRI) namun tidak dapat dilaksanakan. Usul lain menggunakan anggota pasukan khusus ABRI (seperti RPKAD, PGT, marinir, dan Brimob) juga tidak mudah. Akhirnya diambil dari Pasukan Pengawal Presiden (PASWALPRES) yang mudah dihubungi karena mereka bertugas di Istana Negara Jakarta.
Mulai tanggal 17 Agustus 1968, petugas pengibar bendera pusaka adalah para pemuda utusan provinsi. Tetapi karena belum seluruh provinsi mengirimkan utusan sehingga masih harus ditambah oleh ex-anggota pasukan tahun 1967.
Pada tanggal 5 Agustus 1969, di Istana Negara Jakarta berlangsung upacara penyerahan duplikat Bendera Pusaka Merah Putih dan reproduksi Naskah Proklamasi oleh Suharto kepada Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I seluruh Indonesia. Bendera duplikat (yang terdiri dari 6 carik kain) mulai dikibarkan menggantikan Bendera Pusaka pada peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1969 di Istana Merdeka Jakarta, sedangkan Bendera Pusaka bertugas mengantar dan menjemput bendera duplikat yang dikibar/diturunkan. Mulai tahun 1969 itu, anggota pengibar bendera pusaka adalah para remaja siswa SLTA se-tanah air Indonesia yang merupakan utusan dari seluruh provinsi di Indonesia, dan tiap provinsi diwakili oleh sepasang remaja.
Istilah yang digunakan dari tahun 1967 sampai tahun 1972 masih "Pengerek Bendera". Baru pada tahun 1973, Idik Sulaeman melontarkan suatu nama untuk Pengibar Bendera Pusaka dengan sebutan PASKIBRAKA. PAS berasal dari PASukan, KIB berasal dari KIBar mengandung pengertian pengibar, RA berarti bendeRA dan KA berarti PusaKA. Mulai saat itu, anggota pengibar bendera pusaka disebut paskibraka.
Paskibraka adalah singkatan dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka dengan tugas utamanya mengibarkan duplikat bendera pusaka dalam upacara peringatan proklamasi kemerdekaan Indonesia di Istana Negara. Anggotanya berasal dari pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas kelas 1 atau 2. Penyeleksian anggotanya biasanya dilakukan sekitar bulan April untuk persiapan pengibaran pada 17 Agustus di beberapa tingkat wilayah, provinsi, dan nasional.