Rabu, 18 Maret 2009


Kokohnya Kepribadian
Rasulullah bersabda yang artinya : Pena pencatat pahala dan dosa diangkat (tidak ditulis) dari 3 kelompok manusia: orang yang sedang tidur, orang yang pingsan sampai dia bangun, dan anak kecil hingga ia menjadi besar (Shahihul Jami').Ilmu pengetahuan kedokteran kontemporer kini menegaskan bahwa sel-sel manusia yang di kulit, otot-otot, tulang, dan mata, semuanya mengalami perbaruan pada setiap 7 (tujuh) tahun sekali, kecuali sel pusat syaraf, sebab sel pusat syaraf selesai mengalami perkembangannya pada usia 7 tahun dimana 9/10 otaknya berkembang pada masa 1 - 7 tahun. Dan andai sel-sel otak dan syaraf otak berubah-ubah (berkembang ataupun mengalami perbaruan) maka akanberubah pula kerpibadiannya. Dan jika demikian halnya, maka seseorang akan mengalami banyak mengalami kejanggalan perilaku karena perubahan-perubahan itu setiap harinya. Dan ini merupakan kehebatan dan rahmat Allah terhadap makhluknya semenjak dahulu kala. Maka Allah tidak membebani taklif (perintah dan larangan agama) kepada orang yang belum mukallaf, yaitu orang yang belum sempurna perkembangan dirinya...Maka, apabila seorang anak sudah menjadi besar akan kokohlah kepribadiannya dengan kokohnya sel-sel pusat syaraf, dimana sel-sel ini tidak mengalami penambahan dan pengurangan sedikitpun walaupun ia mengalami benturan atau sakit. Andai sel-sel pusat syaraf mengalami pengurangan atau penambahan setelah sempurnanya perkembangan, tentu anggota tubuh manusia tidak bisa bergerak sebagaimana mestinya.Subhanallah (Maha Suci Allah) Yang demikian menjulang tinggi bukti kekuasaan-Nya.Allah berfirman:
كل شيء هالك إلاّ وجهه، له الحكم وإليه ترجعون
Segala sesuatu pasti akan mengalami kehancuran, kecuali wajah Allah, Dia-lah pemilik hukum dan kepada-Nya kalian kelak akan dikembalikan.Tidakkah, dengan berita ini manusia harus memberikan sujudnya dan syukurnya hanya kepada Allah ta'alaa?Sumber: wa fii anfusikum afalaa tubshirun" Anas ibn Abdul Hamid Al-QouzPenerjemah:Abu Muhammad ibn Shadiq
Diposkan oleh ray81 di 19:44

0 komentar

masa Remaja ibarat Gunung Es

Kamis, 19 Maret 2009
Kirim Artikel Print Artikel
Jumat, 10 November 2000Fenomena Remaja, Ibarat Gunung Es
Pontianak- Banyak persoalan remaja yang tidak dapat diselesaikan sendiri, namun melalui orang tua, keluarga dekat dan teman dekan atau ke lembaga profesional psikologi. Tetapi sejuah ini belum banyak remaja mau mengungkapkan persoalan pribadinya lebih karena persoalan budaya. "Masih adanya budaya malu di sekitar hidup mereka. Bila mereka ceritakan mereka takut diketahui orang banyak," kata Drs Firdaus Zar`in dari Klinik Remaja Centra Khatulistiwa Pontianak, kepada AP Post, Kamis (9/11) kemarin. "Namun bila masalahnya tidak diceritakan, orang tidak akan tahu permasalahan mereka dan tak akan dapat membantu penyelesaian persoalan yang dihadapinya," ujar Firdaus. Dia melukiskan, posisi remaja merupakan aset negara yang sangat penting, hancurnya prilaku dan tingkah laku remaja juga akan mengakibatkan hancurnya suatu negara. Karena remaja inilah yang nantinya akan meneruskan kehidupan suatau negara. "Oleh sebab itu masyarakat perlu mengetahui permasalahan apa yang sering dihadapi remaja, agar tidak terjerumus ke jalan yang salah," ungkap Firdaus lagi. Berdasarkan data yang didapat AP Post di Badan Pusat Statistik, ada sekitar 65.002 remaja di Pontianak. 18 persen diantaranya (11.700) sudah kawin. Diantara mereka hanya sekitar 1.247 orang yang mengkonsultasikan permasalahan mereka di klinik remaja dan psikolog. Menurut Firdaus Zar`in, sebenarnya banyak remaja yang bermasalah. "Permasalahan yang mereka hadapi sebagian besar adalah masalah pacar dan seks. Cuma sebanyak 136 orang hanya 2 persen yang mengaku. Inilah yang kita sebut Fenomena Gunung Es," ujarnya menjelaskan. "Berdasarkan data di Klinik kami permasalahan pacar ada sekitar 39 persen sedangkan masalah seks ada 9 persen yang dikonsultasikan remaja tersebut. Konsultasi tersebut dilakukan lewat surat sekitar 60 persen melalui telpon 35 persen sisanya tatap muka," ujar pembimbing klinik remaja Centra Khatulistiwa tersebut.(pay)
< Pontianak- Banyak persoalan remaja yang tidak dapat diselesaikan sendiri, namun melalui orang tua, keluarga dekat dan teman dekan atau ke lembaga profesional psikologi. Tetapi sejuah ini belum banyak remaja mau mengungkapkan persoalan pribadinya lebih karena persoalan budaya. "Masih adanya budaya malu di sekitar hidup mereka. Bila mereka ceritakan mereka takut diketahui orang banyak," kata Drs Firdaus Zar`in dari Klinik Remaja Centra Khatulistiwa Pontianak, kepada AP Post, Kamis (9/11) kemarin. "Namun bila masalahnya tidak diceritakan, orang tidak akan tahu permasalahan mereka dan tak akan dapat membantu penyelesaian persoalan yang dihadapinya," ujar Firdaus. Dia melukiskan, posisi remaja merupakan aset negara yang sangat penting, hancurnya prilaku dan tingkah laku remaja juga akan mengakibatkan hancurnya suatu negara. Karena remaja inilah yang nantinya akan meneruskan kehidupan suatau negara. "Oleh sebab itu masyarakat perlu mengetahui permasalahan apa yang sering dihadapi remaja, agar tidak terjerumus ke jalan yang salah," ungkap Firdaus lagi. Berdasarkan data yang didapat AP Post di Badan Pusat Statistik, ada sekitar 65.002 remaja di Pontianak. 18 persen diantaranya (11.70
Kamis, 19 Maret 2009
Kirim Artikel Print Artikel
Jumat, 10 November 2000Fenomena Remaja, Ibarat Gunung Es
Pontianak- Banyak persoalan remaja yang tidak dapat diselesaikan sendiri, namun melalui orang tua, keluarga dekat dan teman dekan atau ke lembaga profesional psikologi. Tetapi sejuah ini belum banyak remaja mau mengungkapkan persoalan pribadinya lebih karena persoalan budaya. "Masih adanya budaya malu di sekitar hidup mereka. Bila mereka ceritakan mereka takut diketahui orang banyak," kata Drs Firdaus Zar`in dari Klinik Remaja Centra Khatulistiwa Pontianak, kepada AP Post, Kamis (9/11) kemarin. "Namun bila masalahnya tidak diceritakan, orang tidak akan tahu permasalahan mereka dan tak akan dapat membantu penyelesaian persoalan yang dihadapinya," ujar Firdaus. Dia melukiskan, posisi remaja merupakan aset negara yang sangat penting, hancurnya prilaku dan tingkah laku remaja juga akan mengakibatkan hancurnya suatu negara. Karena remaja inilah yang nantinya akan meneruskan kehidupan suatau negara. "Oleh sebab itu masyarakat perlu mengetahui permasalahan apa yang sering dihadapi remaja, agar tidak terjerumus ke jalan yang salah," ungkap Firdaus lagi. Berdasarkan data yang didapat AP Post di Badan Pusat Statistik, ada sekitar 65.002 remaja di Pontianak. 18 persen diantaranya (11.700) sudah kawin. Diantara mereka hanya sekitar 1.247 orang yang mengkonsultasikan permasalahan mereka di klinik remaja dan psikolog. Menurut Firdaus Zar`in, sebenarnya banyak remaja yang bermasalah. "Permasalahan yang mereka hadapi sebagian besar adalah masalah pacar dan seks. Cuma sebanyak 136 orang hanya 2 persen yang mengaku. Inilah yang kita sebut Fenomena Gunung Es," ujarnya menjelaskan. "Berdasarkan data di Klinik kami permasalahan pacar ada sekitar 39 persen sedangkan masalah seks ada 9 persen yang dikonsultasikan remaja tersebut. Konsultasi tersebut dilakukan lewat surat sekitar 60 persen melalui telpon 35 persen sisanya tatap muka," ujar pembimbing klinik remaja Centra Khatulistiwa tersebut.(pay)
< Pontianak- Banyak persoalan remaja yang tidak dapat diselesaikan sendiri, namun melalui orang tua, keluarga dekat dan teman dekan atau ke lembaga profesional psikologi. Tetapi sejuah ini belum banyak remaja mau mengungkapkan persoalan pribadinya lebih karena persoalan budaya. "Masih adanya budaya malu di sekitar hidup mereka. Bila mereka ceritakan mereka takut diketahui orang banyak," kata Drs Firdaus Zar`in dari Klinik Remaja Centra Khatulistiwa Pontianak, kepada AP Post, Kamis (9/11) kemarin. "Namun bila masalahnya tidak diceritakan, orang tidak akan tahu permasalahan mereka dan tak akan dapat membantu penyelesaian persoalan yang dihadapinya," ujar Firdaus. Dia melukiskan, posisi remaja merupakan aset negara yang sangat penting, hancurnya prilaku dan tingkah laku remaja juga akan mengakibatkan hancurnya suatu negara. Karena remaja inilah yang nantinya akan meneruskan kehidupan suatau negara. "Oleh sebab itu masyarakat perlu mengetahui permasalahan apa yang sering dihadapi remaja, agar tidak terjerumus ke jalan yang salah," ungkap Firdaus lagi. Berdasarkan data yang didapat AP Post di Badan Pusat Statistik, ada sekitar 65.002 remaja di Pontianak. 18 persen diantaranya (11.700) sudah kawin. Diantara mereka hanya sekitar 1.247 orang yang mengkonsultasikan permasalahan mereka di klinik remaja dan psikolog. Menurut Firdaus Zar`in, sebenarnya banyak remaja yang bermasalah. "Permasalahan yang mereka hadapi sebagian besar adalah masalah pacar dan seks. Cuma sebanyak 136 orang hanya 2 persen yang mengaku. Inilah yang kita sebut Fenomena Gunung Es," ujarnya menjelaskan. "Berdasarkan data di Klinik kami permasalahan pacar ada sekitar 39 persen sedangkan masalah seks ada 9 persen yang dikonsultasikan remaja tersebut. Konsultasi tersebut dilakukan lewat surat sekitar 60 persen melalui telpon 35 persen sisanya tatap muka," ujar pembimbing klinik remaja Centra Khatulistiwa tersebut.(pay)
0) sudah kawin. Diantara mereka hanya sekitar 1.247 orang yang mengkonsultasikan permasalahan mereka di klinik remaja dan psikolog. Menurut Firdaus Zar`in, sebenarnya banyak remaja yang bermasalah. "Permasalahan yang mereka hadapi sebagian besar adalah masalah pacar dan seks. Cuma sebanyak 136 orang hanya 2 persen yang mengaku. Inilah yang kita sebut Fenomena Gunung Es," ujarnya menjelaskan. "Berdasarkan data di Klinik kami permasalahan pacar ada sekitar 39 persen sedangkan masalah seks ada 9 persen yang dikonsultasikan remaja tersebut. Konsultasi tersebut dilakukan lewat surat sekitar 60 persen melalui telpon 35 persen sisanya tatap muka," ujar pembimbing klinik remaja Centra Khatulistiwa tersebut.(pay)

masa Remaja ibarat Gunung Es

Kamis, 19 Maret 2009



Kirim Artikel Print Artikel

Jumat, 10 November 2000
Fenomena Remaja, Ibarat Gunung Es


Pontianak- Banyak persoalan remaja yang tidak dapat diselesaikan sendiri, namun melalui orang tua, keluarga dekat dan teman dekan atau ke lembaga profesional psikologi. Tetapi sejuah ini belum banyak remaja mau mengungkapkan persoalan pribadinya lebih karena persoalan budaya. "Masih adanya budaya malu di sekitar hidup mereka. Bila mereka ceritakan mereka takut diketahui orang banyak," kata Drs Firdaus Zar`in dari Klinik Remaja Centra Khatulistiwa Pontianak, kepada AP Post, Kamis (9/11) kemarin. "Namun bila masalahnya tidak diceritakan, orang tidak akan tahu permasalahan mereka dan tak akan dapat membantu penyelesaian persoalan yang dihadapinya," ujar Firdaus. Dia melukiskan, posisi remaja merupakan aset negara yang sangat penting, hancurnya prilaku dan tingkah laku remaja juga akan mengakibatkan hancurnya suatu negara. Karena remaja inilah yang nantinya akan meneruskan kehidupan suatau negara. "Oleh sebab itu masyarakat perlu mengetahui permasalahan apa yang sering dihadapi remaja, agar tidak terjerumus ke jalan yang salah," ungkap Firdaus lagi. Berdasarkan data yang didapat AP Post di Badan Pusat Statistik, ada sekitar 65.002 remaja di Pontianak. 18 persen diantaranya (11.700) sudah kawin. Diantara mereka hanya sekitar 1.247 orang yang mengkonsultasikan permasalahan mereka di klinik remaja dan psikolog. Menurut Firdaus Zar`in, sebenarnya banyak remaja yang bermasalah. "Permasalahan yang mereka hadapi sebagian besar adalah masalah pacar dan seks. Cuma sebanyak 136 orang hanya 2 persen yang mengaku. Inilah yang kita sebut Fenomena Gunung Es," ujarnya menjelaskan. "Berdasarkan data di Klinik kami permasalahan pacar ada sekitar 39 persen sedangkan masalah seks ada 9 persen yang dikonsultasikan remaja tersebut. Konsultasi tersebut dilakukan lewat surat sekitar 60 persen melalui telpon 35 persen sisanya tatap muka," ujar pembimbing klinik remaja Centra Khatulistiwa tersebut.(pay)

< Pontianak- Banyak persoalan remaja yang tidak dapat diselesaikan sendiri, namun melalui orang tua, keluarga dekat dan teman dekan atau ke lembaga profesional psikologi. Tetapi sejuah ini belum banyak remaja mau mengungkapkan persoalan pribadinya lebih karena persoalan budaya. "Masih adanya budaya malu di sekitar hidup mereka. Bila mereka ceritakan mereka takut diketahui orang banyak," kata Drs Firdaus Zar`in dari Klinik Remaja Centra Khatulistiwa Pontianak, kepada AP Post, Kamis (9/11) kemarin. "Namun bila masalahnya tidak diceritakan, orang tidak akan tahu permasalahan mereka dan tak akan dapat membantu penyelesaian persoalan yang dihadapinya," ujar Firdaus. Dia melukiskan, posisi remaja merupakan aset negara yang sangat penting, hancurnya prilaku dan tingkah laku remaja juga akan mengakibatkan hancurnya suatu negara. Karena remaja inilah yang nantinya akan meneruskan kehidupan suatau negara. "Oleh sebab itu masyarakat perlu mengetahui permasalahan apa yang sering dihadapi remaja, agar tidak terjerumus ke jalan yang salah," ungkap Firdaus lagi. Berdasarkan data yang didapat AP Post di Badan Pusat Statistik, ada sekitar 65.002 remaja di Pontianak. 18 persen diantaranya (11.700) sudah kawin. Diantara mereka hanya sekitar 1.247 orang yang mengkonsultasikan permasalahan mereka di klinik remaja dan psikolog. Menurut Firdaus Zar`in, sebenarnya banyak remaja yang bermasalah. "Permasalahan yang mereka hadapi sebagian besar adalah masalah pacar dan seks. Cuma sebanyak 136 orang hanya 2 persen yang mengaku. Inilah yang kita sebut Fenomena Gunung Es," ujarnya menjelaskan. "Berdasarkan data di Klinik kami permasalahan pacar ada sekitar 39 persen sedangkan masalah seks ada 9 persen yang dikonsultasikan remaja tersebut. Konsultasi tersebut dilakukan lewat surat sekitar 60 persen melalui telpon 35 persen sisanya tatap muka," ujar pembimbing klinik remaja Centra Khatulistiwa tersebut.(pay)